Ketika orang kekurangan tidur, mereka cenderung mengambil keputusan-keputusan yang kelewat optimistik dan berpeluang lebih rentan berjudi, demikian hasil penelitian di Amerika yang dirilis Selasa (8/3). Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neuroscience itu memberikan bukti yang ilmiah tentang telah lama diketahui oleh para mengelola kasino - bahwa cahaya terang berkerlip dan bunyi dering mesin mendorong para penjudi untuk terus main sampai uang mereka habis.
Para peneliti menggunakan pencitraan gelombang magnet (MRI) untuk mengamati otak orang yang tidurnya kurang atau terganggu, lalu dibandingkan dengan orang yang mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. Hasil pemindaian terhadap otak menunjukkan adanya peningkatan aktifitas di bagian otak yang mengeluarkan hasil positif dan mengurangi aktifitas di bagian otak yang menghasilkan keluaran negatif.
"Dalam tugas mengambil keputusan untuk hal-hal yang beresiko, efek kekurangan tidur membuat kebanyakan orang menjadi bias mengurangi kemungkinan kerugian dibanding dengan harapan mendapat keuntungan," kata penulis peneliti dari Universitas Duke di North Carolina dan Singapura.
Penelitian ini mengkaji 29 orang relawan yang sehat secara fisik dengan rata-rata usia 22 tahun, mereka diminta untuk melakukan serangkaian tugas mengambil keputusan ekonomi setelah tidur malam yang normal dan kemudian di hari yang berbeda dengan tidur malam yang terganggu. Gangguan tidur "tampaknya menimbulkan bias optimisme, contohnya para peserta penelitian bertindak seolah dampak positif itu lebih berharga daripada dampak negatif (mereka melihat dampak negatif itu tidak terlalu berbahaya)," kata para peneliti.
Menenggak kafein, menghirup udara segar, atau berolahraga tidak cukup untuk melawan dampak kelelahan ini, demikian disebutkan oleh Vinod Venkatraman, peneliti utama dari Universitas Duke. "Para pejudi tengah malam bukan hanya berjuang melawan mesin judi, mereka juga berjuang melawan kondisi otak yang mengalami gangguan tidur - yang memangkas dampak buruk dari kekalahan di meja judi demi harapan mendapat untung," kata Venkatraman.
Red: Djibril Muhammad
Sumber: Antara/AFP
Para peneliti menggunakan pencitraan gelombang magnet (MRI) untuk mengamati otak orang yang tidurnya kurang atau terganggu, lalu dibandingkan dengan orang yang mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. Hasil pemindaian terhadap otak menunjukkan adanya peningkatan aktifitas di bagian otak yang mengeluarkan hasil positif dan mengurangi aktifitas di bagian otak yang menghasilkan keluaran negatif.
"Dalam tugas mengambil keputusan untuk hal-hal yang beresiko, efek kekurangan tidur membuat kebanyakan orang menjadi bias mengurangi kemungkinan kerugian dibanding dengan harapan mendapat keuntungan," kata penulis peneliti dari Universitas Duke di North Carolina dan Singapura.
Penelitian ini mengkaji 29 orang relawan yang sehat secara fisik dengan rata-rata usia 22 tahun, mereka diminta untuk melakukan serangkaian tugas mengambil keputusan ekonomi setelah tidur malam yang normal dan kemudian di hari yang berbeda dengan tidur malam yang terganggu. Gangguan tidur "tampaknya menimbulkan bias optimisme, contohnya para peserta penelitian bertindak seolah dampak positif itu lebih berharga daripada dampak negatif (mereka melihat dampak negatif itu tidak terlalu berbahaya)," kata para peneliti.
Menenggak kafein, menghirup udara segar, atau berolahraga tidak cukup untuk melawan dampak kelelahan ini, demikian disebutkan oleh Vinod Venkatraman, peneliti utama dari Universitas Duke. "Para pejudi tengah malam bukan hanya berjuang melawan mesin judi, mereka juga berjuang melawan kondisi otak yang mengalami gangguan tidur - yang memangkas dampak buruk dari kekalahan di meja judi demi harapan mendapat untung," kata Venkatraman.
Red: Djibril Muhammad
Sumber: Antara/AFP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar