Rabu, 11 Mei 2011

Infeksi TORCH


Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) merujuk kepada sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. 

Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif dokter akan menyarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium. 

Berikut adalah jenis-jenis infeksi TORCH :

1. Toksoplasmosis 
Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii). Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG(K), parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. "Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan," katanya.
Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.

2. Infeksi rubela 
Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran.
"Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman," kata Dr.Liliane G.Keros, ahli immunologi dari Paris. Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi rubela. "Perlindungannya mencapai 100 persen," imbuhnya.

3. Cytomegalovirus (CMV) 
CMV merupakan keluarga virus herpes. Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Sayangnya belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini. 

4. Herpes simplex  
Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom.

5 Cara Cegah Penyebaran Toksoplasma

Toksoplasma merupakan penyakit infeksi yang ditemukan pada hewan di peternakan atau binatang peliharaan. Kucing merupakaan pembawa (carrier) penyakit ini dan dapat menularkan kepada manusia melalui tinja, terutama bila sudah kering dan terhirup oleh manusia.

Meski kucing dapat menyebarkan penyakit ini, mereka bukan sumber utama infeksi pada manusia. Manusia lebih mungkin mengalami toksoplasma saat mengonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sampai bersih setelah memegang daging. Kucing juga dapat mengidap toksoplasma dari daging mentah yang dikonsumsinya atau memangsa binatang lainnya, seperti tikus.

Kucing yang memangsa binatang mempunyai kemungkinan mengalami paparan atau infeksi. Pada banyak kasus, kucing tidak akan menampakkan tanda-tanda mengalami infeksi. Namun, jika kucing sudah kehilangan nafsu makan, demam, dan lesu, itu menjadi pertanda bahwa ia mengalami infeksi penyakit tersebut.

Manusia yang terkena toksoplasma akan mengalami gejala ringan seperti flu. Masalahnya akan semakin serius pada perempuan yang sedang mengandung atau pada orang yang bermasalah dengan kekebalan tubuhnya. Janin pada perempuan yang terinfeksi toksoplasma akan menjadi cacat saat lahir.

Anda dapat mencegah penyebaran toksoplasma dengan melakukan cara sederhana di bawah ini:
  1. Orang yang bukan perempuan hamil atau yang bermasalah dengan kekebalan tubuh sebaiknya membersihkan kandang hewan setiap hari. Membersihkan setiap hari sangat penting karena tinja kucing yang terinfeksi bisa menularkan setelah 36-48 jam.
  2. Gunakan sarung tangan karet atau sekali pakai saat membersihkan kandang. Setelah itu, cuci tangan secara merata menggunakan sabun.
  3. Sebaiknya sediakan makanan kucing dalam bentuk kering, kaleng, atau yang dimasak secara merata. Jaga agar mereka tidak mencari mangsa sendiri.
  4. Masak daging secara matang dan merata. Cuci tangan Anda dan peralatan lainnya yang kontak dengan daging mentah, seperti papan pemotong, pisau, dan bak pencuci.
  5. Gunakan sarung tangan saat berkebun. Anda tak tahu di mana tinja kucing biasa bertebaran. Setelah itu, cucilah tangan. 

Keguguran, Jangan Tuding Toksoplasma

Keguguran atau abortus bisa disebabkan banyak hal. Para ibu hamil biasanya dibayangi kecemasan akan risiko keguguran karena infeksi toksoplasma. Padahal, penelitian tak menemukan adanya kasus infeksi pada kasus keguguran.

Berdasarkan saat terjadinya, keguguran dapat diklasifikasikan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (di usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (terjadi di usia kehamilan 8-12 minggu) dan keguguran janin lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu).

Menurut dr.Kanadi Sumpapraja, Sp.OG, MSc, dari Klinik Yasmin RSCM, Jakarta, wanita yang mengalami keguguran seharusnya melaporkan pada dokter jenis atau kategori kegugurannya.

"Pasien bisa menginformasikan keguguran di minggu berapa, bagaimana kondisi plasenta, dan sebagainya. Informasi ini akan menuntun dokter untuk melakukan investigasi penyebab kegugurannya," paparnya.

Keguguran preembionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium dan faktor imunologi. Sementara keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia (sindrom darah kental).

Pada dasarnya, ada tiga investigasi dasar dalam kasus keguguran, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan anatomi, dan kelainan pembekuan darah.

"Kasus infeksi, seperti toksoplasma, justru tidak ditemukan pada kasus keguguran berulang sehingga tidak direkomendasikan untuk diinvestigasi," katanya.

Ditambahkan  Kanadi, penelitian yang dilakukan oleh organisasi obstetri dan ginekologi di dunia juga tidak menemukan hubungan langsung infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dengan keguguran.

Diperkirakan 7-25 persen penderita keguguran berulang diakibatkan oleh adanya bentukan pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke plasenta. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan injeksi heparin untuk mencegah bekuan darah.
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar