Sabtu, 28 Mei 2011

Glaukoma, Gangguan Mata Penyebab Kebutaan

Sebagaimana katarak, glaukoma merupakan gangguan mata yang bisa menyebabkan kebutaan. Bedanya, kalau katarak bisa dikoreksi dengan operasi, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan sepanjang hayat. Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996 menunjukkan, 13,4 persen penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat glaukoma.

Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan cairan di dalam bola mata yang setelah sekian tahun dapat menimbulkan kerusakan pada saraf-saraf yang bertugas mengirimkan impuls-impuls saraf ke otak dan tak bisa diperbaiki. Buntutnya, penderita tidak bisa melihat sama sekali karena penyempitan lapang pandang progresif.

Para ahli belum dapat mengetahui penyebab sebagian besar glaukoma dan mereka juga belum tahu cara mengobatinya. Sebenarnya, apabila terdeteksi sejak dini, glaukoma dapat dikendalikan dan mencegah hilangnya penglihatan. Akan tetapi, penyakit ini harus terus dipantau seumur hidup.

Menurut para ahli dari MayoClinic, glaukoma dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni glaukoma kronis dan glaukoma akut. Sekitar 95 persen pengidap glaukoma mengalami gangguan kronis.

Glaukoma kronis ditandai dengan hilangnya penglihatan tepi 0secara berangsur-angsur. Glaukoma kronis sering berlangsung tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun sehingga penderita bisa kehilangan sebagian besar penglihatan tanpa menyadarinya. Satu-satunya cara untuk mendeteksa glaukoma sejak dini adalah pemeriksaan mata secara berkala kepada dokter mata, setelah Anda mencapai usia 40 tahun.

Saat ini sudah tersedia berbagai jenis obat tetes mata yang bekerja untuk menurunkan tekanan mata, baik dengan meningkatkan pengeluaran cairan dari mata atau dengan menurunkan produksi cairan. Masing-masing memiliki efek samping.

Sementara itu, glaukoma akut memiliki gejala penglihatan buram, biasanya pada salah satu mata, melihat lingkaran cahaya (halo) di sekeliling lampu, nyeri pada mata, dan mata merah. Glaukoma akut lebih jarang terjadi dibandingkan glaukoma kronis. Sebagian besar penderita penyakit ini memiliki keabnormalan yang mungkin sudah terjadi sejak lahir.

Serangan glaukoma akut dapat terjadi mendadak atau terjadi sesudah ada serangan awal yang terjadi beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Serangan itu seringnya muncul pada malam hari ketika cahaya remang-remang dan pupil membesar. Penglihatan Anda berubah menjadi kabur, mungkin akan terlihat lingkaran cahaya di sekeliling lampu, dan mata terasa nyeri.

Serangan glaukoma akut merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani di rumah sakit karena serangan tersebut bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan dalam waktu beberapa jam atau hari setelah serangan. Jadi, mari mewaspadai serangan glaukoma, si penyebab kebutaan.

Apakah Anda Berisiko Glaukoma?

Banyak orang tidak menyadari adanya gejala glaukoma kronis sampai penglihatannya sudah mencapai tahap kerusakan yang parah dan permanen. Karena itu, sangatlah penting untuk menyadari semua faktor risiko penyakit ini.

Usia
Glaukoma kronis jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Risiko terkena glaukoma hampir meningkat dua kali setiap 10 tahun setelah usia 50 tahun. Glaukoma kronis umumnya terjadi pada perempuan usia lanjut.

Ras
Kecenderungan orang kulit hitam terserang glaukoma tiga sampai empat kali lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih, dan enam kali lebih besar untuk menderita kebutaan permanen akibat glaukoma. Orang Asia, khususnya keturunan Vietnam, juga berisiko lebih besar.

Keturunan
Glaukoma bisa diturunkan dalam keluarga. Apabila salah satu orangtua Anda mengidap glaukoma, maka risiko Anda terkena glaukoma mencapai sekitar 20 persen. Apabila saudara kandung Anda mengidapnya, maka kemungkinan Anda terkena glaukoma mencapai 50 persen.

Kondisi medis
Bila Anda mengidap diabetes, maka risiko Anda terkena glaukoma tiga kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak mengidap diabetes. Adanya riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko. Selain itu, penyakit radang mata, seperti iritis, tumor mata, terlepasnya retina serta pembedahan mata juga meningkatkan risiko terjadinya glaukoma.

Rabun jauh
Hasil kajian yang ekstensif menunjukkan bahwa pengidap rabun jauh (miopia) berisiko dua hingga tiga kali lebih besar terkena glaukoma dibanding mereka yang tidak menderita miopia.

Cedera fisik
Trauma parah, seperti mata terkena pukulan, dapat meningkatkan tekanan pada mata. Cedera juga dapat menggeser letak lensa, sehingga sudut drainase tertutup.

Penggunaan kortikosteroid yang berkepanjangan
Tetes mata kortikosteroid yang digunakan selama jangka waktu panjang untuk mengobati suatu penyakit juga bisa meningkatkan risiko Anda terkena glaukoma.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar